Ini merupakan postingan pertama saya di blog ini membahas tentang sejarah islam di madinah
Sudah
menjadi kebiasaan Rasulullah SAW pada setiap musim haji berkunjung kemah-kemah jamaah haji untuk
menyampaikan dakwahnya. Aktivitas ini mendapat respon sebagaimana ditunjukkan
oleh Suwaid bin Shamit, seorang tokoh suku Aus dari Yatsrib yang menyatakan
tertarik pada ajakan Rasulullah SAW. Selang beberapa waktu setelah itu Iyaz bin Mu’adz seorang pemuda
Khazroj juga menyatakan
masuk Islam
ketika Rasulullah SAW menemui rombongan kabilah Khazroj saat mereka datang ke
Makkah. Aus dan Khazroj adalah dua kabilah Arab terkemuka di Yatsrib yang
selalu bermusuhan. Mereka sedikit banyak sudah memiliki pengertian tentang
ketuhanan, wahyu, kenabian dan hari akhir.
Berbagai Peristiwa Penting
tentang Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah dalam sejarah islam
Pertama:
Menyebarnya berita
tentang masuk Islamnya sekelompok masyarakat Madinah, membuat
orang-orang kafir Quraisy semakin meningkatkan tekanan terhadap orang-orang
Mukmin di Makkah. kemudian Nabi muhammad saw. memerintahkan kaum Muslimin agar
hijrah ke kota Madinah. Para sahabat segera berangkat menuju Madinah secara
sembunyi-sembunyi agar tidak dihadang oleh kafir Quraysih. Namun Umar bin
Khattab justru mengumumkan terlebih dahulu rencananya untuk berangkat ke
pengungsian kepada orang-orang kafir Makkah. Ia menyatakan, “Siapa di antara
kalian yang bersedia berpisah dengan ibunya, silakan hadang aku besok di lembah
anu, besok pagi saya akan hijrah.” Tidak seorang pun berani menghadang Umar.
Kedua:
Setelah mengetahui kaum
Muslimin yang hijrah ke Madinah itu disambut baik dan mendapat penghormatan
yang memuaskan dari penduduk Madinah, berkumpullah kaum kafir Quraisy di Darun
Nadwah. Mereka membahaskan cara yang diambil untuk membunuh Rasululah saw. yang
diketahui belum berangkat bersama rombongan para sahabat. Rapat memutuskan
untuk mengumpulkan seorang algojo dari setiap kabilah guna membunuh Nabi saw.
bersama-sama. Pertimbangannya ialah, keluarga besar Nabi (Bani Manaf) tidak
akan berani berperang melawan semua suku yang telah mengutus algojonya
masing-masing. Kelak satu-satunya pilihan yang mungkin ambil oleh Bani Manaf
ialah rela menerima diat (denda pembunuhan) atas terbunuhnya Nabi. Keputusan
bersama ini segera dilaksanakan dan para algojo telah berkumpul di sekitar
rumah Nabi saw. Mereka mendapat perintah: “Keluarkan Muhammad dari rumahnya dan
langsung pengal tengkuknya dengan pedangmu!”
Ketiga:
Pada malam pengepungan
itu Nabi saw. tidak tidur. Kepada keponakannya, Ali r.a., beliau memerintahkan
dua hal: pertama, agar tidur (berbaring) di tempat tidur Nabi dan, kedua, mengembalikan
semua harta titipan masyarakat Makkah yang ada di tangan Rasulullah saw. kepada
para pemiliknya.
Nabi meninggalkan rumah menuju rumah Abu Bakar yang sudah menyiapkan dua
kendaraan untuk berangkat. Abu Bakar menyewa Abdullah bin Uraiqith
Ad-Daily sebagai penunjuk jalan yang tidak umum menuju Madinah.
Keempat:
Nabi Rasulullah SAW dan Abu Bakar
berangkat pada hari Kamis tanggal 1 Rabi’ul Awwal tahun kelima puluh tiga dari
kelahiran Nabi saw. Hanya Ali dan keluarga Abu Bakar saja yang tahu
keberangkatan Nabi saw. dan Abu Bakar malam itu menuju Madinah. Sebelumnya dua
anak Abu Bakar, Aisyah dan Asma, telah menyiapkan bekal secukupnya untuk
perjalanan itu. Kemudian Nabi saw. ditemani Abu Bakar berangkat bersama
penunjuk jalan menelusuri jalan Madinah-Yaman hingga sampai di Gua Tsur. Nabi
dan Abu Bakar singgah di situ dan penunjuk jalan disuruh kembali secepatniya
guna menyampaikan pesan rahasia Abu Bakar kepada putranya, Abdullah.
Tiga malam Nabi saw. dan Abu
Bakar bersembunyi di gua tersebut. Setiap malam mereka ditemani oleh Abdullah
bin Abu Bakar yang bertugas sebagai pengamat situasi dan pemberi informasi.
Kelima:
Lolosnya Nabi saw. dari
kepungan yang ketat itu membuat kalangan Quraisy sibuk mencari. Jalan
Makkah-Madinah ditelusuri. Tetapi mereka tidak berhasil menemukan Nabi saw.
Kemudian mereka menelusuri jalan Yaman-Madinah. Mereka mengira Nabi pasti
bersembunyi di Gua Tsur. Sesampainya tim pelacak di sana, alangkah kagetnya
mereka ketika mendapati mulut gua itu tertutup sarang laba-laba dan sarang
bunung. Itu tandanya tidak ada orang yang masuk ke dalam gua itu. Mereka tidak
dapat melihat apa yang ada dalam gua, tetapi orang yang di dalamnya dapat
melihat jelas rombongan yang berada di luar. Waktu itulah Abu Bakar merasa
sangat khawatir akan keselamatan Nabi. Nabi berkata kepadanya, “Hai Abu Bakar,
kita ini berdua dan Allah-lah yang ketiganya.”
Keenam:
Kalangan kafir Quraisy
mengumumkan kepada seluruh kabilah, “Siapa saja yang dapat menemukan Muhammad
dan Abu Bakar kepada kami hidup atau mati, maka akan diberikan hadiah yang
bernilai besar.” Bangkitlah Suraqah bin Ja’syam mencari dan mengejar Nabi
dengan harapan akan menjadi hartawan dalam waktu singkat. Sungguhpun jarak
antara Gua Tsur dengan rombongan Nabi sudah begitu jauh, namun Suraqah ternyata
dapat menyusulnya. Tatkala sudah begitu dekat, tiba-tiba tersungkurlah kuda
yang ditunggangi Suraqah, sementara pedang yang telah diayunkan ke arah Nabi
tetap terhunus di tangannya. Tiga kali ia mengibaskan pedangnya ke arah tubuh
Nabi, tetapi pada detik-detik itu pula kudanya tiga kali tersungkur sehingga
tak terlaksanalah maksud jahatnya. Kemudian ia menyarungkan pedangnya dalam
keadaan diliputi perasaan kagum dan yakin, dia benar-benar berhadapan dengan
seorang Nabi yang menjadi Rasul Allah. Ia mohon kepada Nabi agar berkenan
menolong mengangkat kudanya yang tak dapat bangun karena kakinya terperosok ke
dalam pasir. Setelah ditolong oleh Nabi, ia meminta agar Nabi berjanji akan
memberinya hadiah berupa gelang kebesaran raja-raja. Nabi menjawab, “Baiklah.”
Kemudian kembalilah Suraqah ke Makkah dengan berpura-pura tak menemukan
seseorang dan tak pernah mengalami kejadian apa pun.
Ketujuh:
Rasulullah dan Abu Bakar
tiba di Madinah pada tanggal 12 Rabi’ul Awal. Kedatangan beliau telah
dinanti-nantikan masyarakat Madinah. Pagi hari mereka berkerumun di jalanan,
setelah tengah hari barulah mereka bubar. Begitulah penantian mereka beberapa
hari sebelum kedatangan Nabi. Pada hari kedatangan Nabi dan Abu Bakar, penduduk
Madinah sudah menunggu di jalan yang akan dilalui Nabi. Mereka mengelu-elukan
Nabi dan genderang pun gemuruh diselingi nyanyian yang sengaja digubah untuk
kepentingan penyambutan itu: “Bulan purnama telah muncul di tengah-tengah kita,
dari celah-celah bebukitan. Wajiblah kita bersyukur, atas ajakannya kepada
Allah. Wahai orang yang dibangkitkan untuk kami, kau datang membawa sesuatu
yang ditaati.”
Kedelapan:
Di tengah perjalanan
menuju Madinah, Rasulullah istirahat di Quba’, sebuah desa yang terletak dua mil
di selatan Madmnah. Di sana nabi membangun sebuah Masjid dan merupakan Masjid
pertama dalam sejarah Islam. Beliau singgah di sana selama empat hari untuk
selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Madinah. Pada Jum’at pagi beliau
berangkat dari Quba’ dan tiba di perkampungan Bani Salim bin Auf persis pada
waktu shalat Jum’at. Lalu shalatlah beliau di sana. Inilah Jum’at pertama dalam
Islam, dan karena itu khutbahnya pun merupakan khutbah yang petama. Kemudian
Nabi berangkat meninggalkan Bani Salim. Program pertama beliau sesampainya di
Madinah ialah menentukan tempat di mana akan dibangun Masjid. Tempat itu ialah
tempat di mana untanya berhenti setibanya di Madinah. Ternyata tanah yang
dimaksud milik dua orang anak yatim. Untuk itu Nabi minta supaya keduanya sudi
menjual tanah miliknya, namun mereka lebih suka menghadiahkannya. Tetapi beliau
tetap ingin membayar harga tanah itu sebesar sepuluh dinar. Dengan senang hati
Abu Bakar menyerahkan uang kepada mereka berdua. Pembangunan Masjid segera
dimulai dan seluruh kaum Muslimin ikut ambil bagian, sehingga jadilah sebuah
Masjid berdinding bata, berkayu batang korma dan beratap daun korma.
Kesembilan:
Setelah itu Nabi
mempersaudarakan antara orang-orang Muhajirin dengan Anshar. Setiap orang
Anshar mengakui orang Muhajirin sebagai saudaranya sendiri, mempersilakannya
tinggal di rumahnya dan memanfaatkan segala fasilitasnya yang ada di rumah
tersebut
Kesepuluh:
Selanjutnya Nabi saw.
merumuskan piagam yang berlaku bagi seluruh orang Muslimin dan orang-orang
Yahudi. Piagam inilah yang oleh Ibnu Hisyam disebut sebagai dasar
negara dalam pemerintahan Islam yang pertama. Isinya membahas tentang
perikemanusiaan, keadilan sosial, toleransi beragama, gotong royong untuk
kebaikan masyarakat, dan lain-lain. Poin-poin penting adalah sebagai berikut:
·
Kesatuan umat Islam, tanpa mengenal perbedaan.
·
Persamaan hak dan kewajiban.
·
Gotong royong dalam segala bidang yang tidak termasuk kezaliman,
dosa, dan permusuhan.
·
Kompak dalam menentukan hubungan dengan orang-orang yang
memusuhi islam.
·
Membangun suatu masyarakat dalam suatu sistem yang
sebaik-baiknya, selurusnya dan sekokoh-kokohnya.
· Melawan orang-orang yang memusuhi negara dan membangkang, tanpa
boleh memberikan bantuan kepada mereka.
· Melindungi setiap orang yang ingin hidup berdampingan dengan
kaum Muslimin dan tidak boleh berbuat zalim atau aniaya terhadapnya.
·
Umat yang di luar Islam bebas melaksanakan agamanya. Mereka
tidak boleh dipaksa masuk Islam dan tidak boleh diganggu harta bendanya.
·
Umat yang di luar Islam harus ambil bagian dalam membiayai
negara, sebagaimana umat Islam sendiri.
·
Umat non Muslim harus membantu dan ikut memikul biaya negara
dalam keadaan terancam.
·
Umat yang di luar Islam, harus saling membantu dengan umat Islam
dalam melindungi negara dan ancaman musuh.
·
Negara melindungi semua warga negara, baik yang Muslim maupun
bukan Muslim.
·
Umat Islam dan bukan Islam tidak boleh melindungi musuh negara
dan orang-orang yang membantu musuh negara itu.
·
Apabila suatu perdamaian akan membawa kebaikan bagi masyarakat,
maka semua warga negara baik Muslim maupun bukan Muslim, harus rela menerima
perdamaian.
· Seorang warga negara tidak dapat dihukum karena kesalahan orang
lain. Hukuman yang mengenai seseorang yang dimaksud, hanya boleh dikenakan
kepada diri pelaku sendiri dan keluarganya.
·
Warga negara bebas keluar masuk wilayah negara sejauh tidak
merugikan negara.
·
Setiap warga negara tidak boleh melindungi orang yang berbuat
salah atau berbuat zalim.
·
Ikatan sesama anggota masyarakat didasarkan atas prinsip
tolong-menolong untuk kebaikan dan ketakwaan, tidak atas dosa dan permusuhan.
Demikian yang dapat saya tuliskan di blog ini menegenai sejarah islam di madinah, semoga kawan-kawan dapat mengambil manfaatnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar