Jumat, 20 November 2015

sejarah islam di sulawesi selatan

Halo para pembaca yang budiman, kali ini saya membagikan artikel tentang sejarah islam di Sulawesi selatan.Simak artikel lengkapnya disini

sejarah islam sulawesi selatan

Islam masuk di Sulawesi selatan melalui jalur perdagangan dibawa oleh pedagang-pedagang melayu yang datang ke Makassar untuk berdagang pada abad ke XV masehi. Islam baru menjadi agama resmi di kerajaan gowa tallo pada tahun 1605. Pada saat raja gowa tallo ke X memerintah merupakan awal mula diterimanya islam sebagai agama resmi di Sulawesi selatan pada abad ke XV. Setelah raja gowa tallo memeluk islam ia mulai melakukan penyebaran agama islam ke kerajan – kerajaan sekitarnya antara lain kepada kerajaan bone, kerajaan soppeng, kerajaan wajo. Namun penyebaran agama islam ini tidak berjalan mulus. kerajaan gowa mendapat perlawanan dari ke tiga raja – raja di sekitarnya tersebut. Baru pada antara tahun 1609 sampai 1611 ketiga kerajaan ini berhasil ditaklukkan dan memeluk agama islam. Kerajaan soppeng ditaklukkan pada tahun 1609, kerajaan wajo pada tahu 1610 dan kerajaan bone pada tahun 1611. Setelah ketiga kerajaan tersebut berhasil ditaklukkan maka kerajaan gowa tallo dengan mudah menyebarkan agama islam.
Untuk mempermudah dan memperlancar penyiaran islam di Makassar, pedagang yang lebih awal menyebarkan islam mendatangkan tiga orang ulama dari kota tengah, minangkabau. Mereka dikenal dengan nama datuk tallua (bahasa Makassar). mereka adalah yakni Dato ri Bandang  atau nama aslinya Abdul Makmur atau Khatib Tunggal,  Dato’ri Pattimang atau nama aslinya Dato’ Sulaemana atau Khatib Sulung, Dato’ri Tiro atau nama aslinya Abdul Jawad alias Khatib Bungsu.
Pada mulanya para ulama tersebut berhasil mengislamkan Raja Luwu, yaitu Datu’ La Patiware’ Daeng Parabung dengan gelar Sultan Muhammad pada 15-16 Ramadhan 1013 H atau 4-5 Februari 1605 M. Kemudian, mereka pun berhasil mengislamkan Kerajaan Gowa-Tallo. Mereka mengislamkan raja luwu terlebih dahulu karena raja luwu dikenal raja luwu merupakan raja yang paling dihormati kemudian disusul raja gowa tallo yang merupakan raja yang dikenal paling kuat dan perpengaruh.
Raja  tallo yang pertama memeluk islam bernama I Mallingkang Daeng Manyonri (Karaeng Tallo) kemudian mendapat gelar sultan Abdullah.ia  mengucapkan dua kalimat syahadat pada Jumat sore, 9 Jumadil Awal 1014 H atau 22 September  1605M. raja gowa  yang pertama mengucapkan dua kalimat syahadat adalah I Manga’rangi Daeng Manrabbia ia mengucapkan kalimat syahadat pada hari Jumat, 19 Rajab 1016 H atau 9 November 1607 M.
Setelah kedua raja yang berpangaruh ini memeluk islam, maka penyebaran islam berkembang dengan pesat. Jika aceh merupakan serambih mekkah, maka gowa – tallo adalah serambi  madinah. Setelah kerajaan gowa-tallo resmi menjalankan syariat islam. Islam pun dengan pesatnya menyebar ke pelosok timur dan berhasil menorehkan tinta emas sejarah peletakan dan penyebaran islam dibagian timur Indonesia.
Ada dua tokoh terkenal dari kerajaan goa-tallo yaitu
Sultan alauddin
Nama asli sultan Alauddin adalah Karaeng Ma’towaya Tumamenanga ri Agamanna. Ia adalah Raja Gowa Tallo pertama kali memeluk agama islam yang memerintah pada tahun 1591 – 1638. dibantu oleh Daeng Manrabia yang merupakan Raja Tallo dan bergelar Sultan Abdullah.
·        Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin  lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631.  Meninggal di Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun  adalah Raja Gowa ke-16 dan merupakan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Ia mendapat gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, setelah ia memeluk islam dan lebih dikenal dengan nama Sultan Hasanuddin saja. Ia dijuluki De Haantjes van Het Oosten oleh Belanda yang artinya ayam jantan dari timur karena keberaniannya melawan belanda. Ia dimakamkan di Katangka, Makassar. Ia kemudian digantikan oleh anaknya.
Kesesuaian aliran sufi yang bersifat  mistik dengan kepercayaan-kepercayaan yang sudah ada sebelumnya di Indonesia sudah sering dikemukakan dan Sulawesi tidak merupakan perkecualian. Kepercayaan-kepercayaan yang lebih lama dan bersifat animistik pada kekuatan pembawaan makhluk, yang hidup dan mati, dan kekuatan benda-benda misalnya batu atau keris terus dipertahankan banyak orang, dan upacara-upacara yang mencerminkan kepercayaan ini dan pengaruh agama Hindu-Budha. kemudian, masih terus dipertahankan sampai jauh dalam abad kedua puluh. Yang terutama mempunyai arti penting adalah diteruskannya pemujaan tanda-tanda kebesaran kerajaan, yang menjadi pusat kohesi  spiritual masyarakat.

Sobat pembaca yang budiman ini ringkasan artikel singkat saya mengenai sejarah islam di Sulawesi selatan. Semoga dapat mengambil manfaat, namun bila terdapat banyak kekurangan dan ketidaksesuaian dengan fakta sejarah mohon dimaafkan karena penulis masih dalam tahap belajar. Mohon saran dan kritik yang membangun dengan tujuan terciptanya suatu tulisan yang berkualitas. Sekian dan wassalamu alaikum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar